Pembelajaran Daring (Online) Kelas X IPA 1

Perhatikan Video Berita Berikut!!!

 

Kegiatan 1:

  1. Berikan komentar saudara mengenai unsur manajemen Methode (cara) pada video di atas, Tuliskan di kolom komentar minimal 50 kata maksimal 100 kata!!!
  2. Lanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya pada pada link https://wp.me/p2uqAm-fU  !

Pembelajaran Daring (Online) Kelas XI IPA 9

Perhatikan Artikel Berita Berikut!!!

Ini Dampak Ekonomi Dunia Akibat Virus Corona Versi ADB

Ada tiga skenario yang dibuat ADB, skenario terbaik, moderat, buruk, dan sangat buruk. Skenario itu untuk sisi pariwisata maupun potensi kerugian dunia.

Andya Dhyaksa

Andya Dhyaksa – Bisnis.com06 Maret 2020  |  14:19 WIB

Kondisi jalanan sepi pasca menyebarnya virus corona di Shanghai, China. Bloomberg - Qilai Shen

Kondisi jalanan sepi pasca menyebarnya virus corona di Shanghai, China. Bloomberg – Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – China telah memutuskan untuk menutup jalur ekonomi mereka demi menghentikan penyebaran wabah virus corona (covid-19). Sebagai negara asal wabah tersebut, tentu ekonomi China bakal sangat terpukul.

Masalahnya, China merupakan negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia. Mereka menyumbang hampir sepertiga pertumbuhan ekonomi global. Artinya, jika mereka terpukul, bakal memiliki efek domino. Yakni, negara lain juga akan terpukul dan mungkin bakal lebih berat.

Jadi, tak perlu heran jika media sekelas New York Times membuat tulisan berjudul “China Menghentikan Kegiatan Ekonomi untuk Menanggulangi Virus Corona. Sekarang Dunia Menderita”.

Terkesan berlebihan? Nanti dulu. Mari kita lihat proyeksi yang dibuat Asian Development Bank (ADB) soal wabah virus corona terhadap perkembangan ekonomi dunia, khususnya Asia.

Sebagai awalan, mari bandingkan dulu virus yang WHO sebut sebagai kejadian luar biasa dan berawal dari China lainnya: Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tingkat kematian wabah virus corona (1% sampai 3,4%), tak sebesar SARS (10%). Pun tingkat ketertularannya.

Masalahnya, sebaran virus corona berlangsung sangat cepat. Dalam catatan WHO, per Jumat (6/3/2020) siang WIB, sudah ada 79 negara yang terpapar sejak terekam pada 23 Januari. Angka itu belum memasukkan Nigeria yang baru dikonfirmasi Jumat pagi WIB.

Sekadar catatan, periode sebaran atau status luar biasa SARS terjadi pada Maret 2003 hingga Agustus 2003, alias enam bulan. Kini, virus corona sudah masuk bulan ketiga, dan tiap hari selalu ada data terbaru negara yang terpapar virus.

Mari sekarang masuk ke dalam efek ekonomi yang kudu dirasakan negara-negara lain akibat “penutupan” ekonomi China.

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, pun populasi terbanyak di dunia, China memegang peran perekonomian banyak negara, utamanya soal pariwisata.

Dalam catatan ADB, lima negara dengan kunjungan wisata terbanyak dari China pada 2018 adalah, Hong Kong (68% turisnya berasal dari China), Palau (39%), Kamboja (33%), Vietnam (32%), dan Korea Selatan (Korsel 31%). Indonesia sendiri, 16% persen turisnya berasal dari Negeri Tirai Bambu.

Dengan catatan tersebut, ADB pun membuat empat skenario pengaruh ekonomi dari sisi pariwisata. Yang pertama, jika pariwisata di China ditutup 2 bulan (skenario terbaik), lalu 3 bulan (moderat), 6 bulan (buruk), dan lebih dari 6 bulan (terburuk).

  • Skenario terbaik: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sama seperti saat SARS, atau sekitar 7,7 persen.
  • Skenario moderat: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun sekitar 17,7 persen.
  • Skenario buruk dan terburuk: Pariwisata dari luar Asia ke negara Asia non-China, seperti Asia Timur atau Tenggara, akan turun 47,7 persen.

“Skenario ini akan diperbarui, terutama jika wabah virus corona meluas secara signifikan menjadi pandemik global,” tulis laporan ADB yang diterima Bisnis, Jumat (6/3/2020).

Dampak Kerugian Global

Dalam perhitungan ADB, dampak global akibat virus corona ini, akan berkisar US$77 miliar hingga US$347 milar. Angka tersebut setara dengan 0,1% hingga 0,4% PDB global.

“Sebagai estimasi, untuk skenario moderat pengaruhnya sekitar US$156 miliar, atau 0,2% PDB global,” tulis ADB. “Negara-negara berkembang Asia akan mengalami kerugian sekitar US$22 miliar, atau 0,24% jika menggunakan skenario moderat.”

Dalam skenario yang sama, secara global, potensi kehilangan ekonomi dunia mencapai US155 miliar dan China sendiri US$103 miliar. Itu dalam skenario moderat. Jika skenario buruk, secara global, potensi kerugian dunia mencapai US$346  miliar. Angka tersebut berasal dari potensi kerugian China (US$ 236 miliar), negara Asia non-China (US$42 miliar) dan sisanya dari negara-negara lain (US$68 miliar).

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200306/9/1210000/ini-dampak-ekonomi-dunia-akibat-virus-corona-versi-adb

Kegiatan 1:

  1. Berikan komentar saudara mengenai artikel di atas, Tuliskan di kolom komentar minimal 50 kata maksimal 100 kata!!!
  2. Lanjutkan kegitan pembelajaran berikutnya pada link https://wp.me/p2uqAm-fK !

 

Pembelajaran Daring (Online) Kelas XI IPA 7

Perhatikan Artikel Berita Berikut!!!

Forum Sherpa G20: Indonesia Tunjukkan Solidaritas Menghadapi Dampak COVID-19 Terhadap Ekonomi Global

publikasi_1584101489_5e6b7871cee76

12 Mar 2020 19:08

Di tengah merebaknya Wabah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman selaku Sherpa G20 Indonesia menghadiri Pertemuan Sherpa G20 ke-2 yang dilaksanakan pada 11-12 Maret 2020 di Al-Khobar, Arab Saudi.

“Indonesia memang tetap perlu waspada terhadap penyebaran COVID-19 yang cepat ini. Namun kehadiran Indonesia di forum Sherpa G20 ke-2 juga menunjukkan solidaritas kita kepada Pemerintah Arab Saudi serta menegaskan peran kepemimpinan Indonesia di forum ini,” ujar Rizal. Kehadiran Indonesia dalam pertemuan ini mendapatkan apresiasi mendalam dari Pemerintah Arab Saudi selaku Presidensi G20 tahun ini.

Dalam kesempatan ini, Indonesia berkesempatan untuk menyampaikan pandangan tentang dampak dari COVID-19 terhadap ekonomi global dan ekonomi nasional. Sebagai prioritas Indonesia, Rizal juga mengangkat isu pendidikan yang dikaitkan dengan upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) serta menyampaikan pidato kunci untuk isu perdagangan.

Mengawali pertemuan, Indonesia menekankan bahwa COVID-19 telah mengakibatkan disrupsi pada kegiatan ekonomi global, terutama pada aspek supply and demand dan sektor pariwisata. Dengan kondisi ekonomi dunia yang saling terkoneksi, Rizal menegaskan bahwa COVID-19 dapat mengakibatkan efek domino yang sangat cepat dan berisiko bagi pertumbuhan ekonomi dunia.

Untuk itu, Rizal sampaikan bahwa diperlukan upaya yang “luar biasa” dalam menghadapi kondisi yang “tidak biasa” ini. “G20 perlu memanfaatkan segala stimulus fiskal dan moneter yang tersedia dan perlu mengelaborasi langkah konkret yang tegas, cepat, dan actionable dengan mempertimbangkan urgensi,” kata Rizal.

Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia mendukung pernyataan bersama ”G20 Sherpas Statement on COVID-19” yang menggambarkan kepemimpinan G20 dalam merespons dampak ekonomi dari penyebaran COVID-19 ini.

Untuk isu pendidikan, Rizal menyampaikan bahwa sejalan dengan prioritas utama Pemerintahan Joko Widodo selama 5 tahun ke depan, Indonesia mendorong G20 untuk memperhatikan isu kesenjangan pendidikan yang disebabkan oleh keterbatasan akses terhadap ilmu pengetahuan dan peran teknologi dalam mengatasinya.

Selain itu, Indonesia juga meminta G20 untuk memperhatikan anak-anak dengan kebutuhan khusus, termasuk disabilitas, dalam konteks early childhood education. “G20 perlu melahirkan intervention measures yang tepat untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk memastikan mereka tetap dapat memperoleh kesempatan kerja di masa depan, sesuai dengan kondisi dan keterbatasannya,” tegas Rizal.

Dalam sesi Perdagangan dan Investasi, Indonesia yang menjadi salah satu lead speaker, menegaskan dukungan terhadap Presidensi Arab Saudi yang mengeluarkan “Riyadh Initiative on the Future of the WTO”. Inisiatif ini merupakan langkah politik G20 untuk tetap mendukung penguatan sistem perdagangan multilateral global melalui reformasi World Trade Organization (WTO).

Indonesia menyampaikan bahwa G20 perlu menyampaikan arah politis mengenai reformasi WTO dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip utama yaitu strategis, seimbang dengan tetap memperhatikan hak dan kepentingan negara berkembang, serta terbuka.

Pada kesempatan terpisah, Sherpa G20 Indonesia juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Sherpa G20 Arab Saudi untuk mendiskusikan rencana Indonesia sebagai Presidensi G20 Tahun 2023. Dalam pertemuan ini, Arab Saudi menyatakan kesiapannya untuk mendukung Indonesia antara lain melalui program capacity buildingsharing best practices and experience, dan membuka kesempatan secondment bagi pejabat Pemerintah Indonesia. (d7/idc/iqb)

***

Sumber: https://ekon.go.id/publikasi/detail/185/forum-sherpa-g20-indonesia-tunjukkan-solidaritas-menghadapi-dampak-covid-19-terhadap-ekonomi-global

Kegiatan 1:

  1. Berikan komentar saudara mengenai artikel di atas, Tuliskan di kolom komentar minimal 50 kata maksimal 100 kata!!!
  2. Lanjutkan kegitan pembelajaran berikutnya pada link https://wp.me/p2uqAm-fK !

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑